IDETIMUR – Ambi Napi Bocor. Itulah nama panggung yang digunakan oleh pria bernama Mambri Sroyer ini. Sekilas, nama tersebut memang terdengar cukup unik.
Namun sebenarnya, nama tersebut memiliki arti tersendiri. Ambi ternyata adalah nama kecil dari Mambri. Sedangkan Napi adalah sebutan bagi bocah laki-laki di Papua. Dan Bocor sendiri memiliki pengertian bisa bergaul dengan siapa saja.
Lepas dari urusan nama, nyatanya Ambi Napi Bocor saat ini telah menjadi salah satu musisi asal Papua yang cukup diperhitungkan. Dibesarkan dalam lingkungan seni, Ambi Napi Bocor memang telah terbiasa mendengarkan musik sejak ia masih kecil.
Ayahnya adalah seorang musisi dan seniman tari di Papua. Sang ayah juga memiliki sanggar tari sendiri. Dan musik tradisional adalah musik yang pertama kali meracuni Ambi Napi Bocor.
Meski musik tradisional adalah musik yang pertama kali ia dengarkan, namun Mambri tetap membuka pintu bagi musik genre lain untuk ia perdengarkan. Di tahun 2009, untuk kali pertamanya Ia mengenal musik rap.
Mambri pun mulai jatuh cinta dengan musik tersebut. Eminem, Ras Muhamad, dan Igor Saykoji adalah musisi-musisi yang cukup memberikannya refrensi. Namun lepas dari genre musiknya, ternyata Mambri memiliki alasan yang cukup unik mengapa akhirnya ia jatuh cinta dengan musik tersebut.
“Saya itu memang suka nyanyi. Tapi saya merasa suara saya nggak bagus. Musik rap ternyata bisa menyatukan kita yang suaranya nggak bagus,” kata Mambri sambil tertawa.
Tidak pernah percaya diri dalam bernyanyi. Ternyata itulah alasan sesungguhnya Mambri memilih musik rap. Nada-nada rap memang berbeda dengan nada-nada yang digunakan dalam musik lain.
Rap mengandalkan teknik vokal yang berkata-kata dengan cepat dan mengikuti irama musik yang ada. Rap tak begitu memerlukan suara yang merdu. Yang terpenting adalah intonasi suara yang jelas.
“Jadi kalau nyanyi biasa memang kurang percaya diri. Kalau terima suara kita, bakal bubar musik Indonesia,” ujar jebolan Unipa jurusan Sastra Inggris ini.
Mambri pun mulai mencoba untuk membuat karya sendiri. Rap dengan unsur raggae menjadi benang merahnya dalam berkarya. Namun awalnya, Mambri mengaku cukup kesulitan. Pasalnya di era tersebut, mendapatkan fasilitas untuk membuat lagu tak semudah yang ia bayangkan.
“Awalnya susah, kalau salah ulang dari awal. Kalau sekarang enak, apapun sudah tersedia. Dulu satu kota yang punya alat record bisa dihitung dengan jari. Sekarang kita bikin lagu tergantung mood. Dulu tergantung alat,” ungkapnya.
Dan di luar dugaan, karyanya cukup mendapat respon yang positif. Hal tersebutlah yang membuat rasa percaya diri Mambri bertambah.
“Percaya diri itu muncul ketika orang lain mulai mengkomsumsi karya kita. Jadi hampir semua karya kita gambarakan situasi yang ada sekitar kita,” ucap Mambri.
Kini sudah belasan lagu ia rilis. Belum lagi hasil kolaborasinya dengan penyanyi-penyanyi lain yang berjumlah puluhan. Tak hanya itu, Mambri juga memiliki band sendiri yang masih berkutat dalam musik raggae.
“Saya masih konsisten dengan musik daerah. Jadi tidak melupakan musik daerah,” Jelas Mambri.