Update IDE Timur Blog A BIT Dhoty : Main Musik Mengobati Luka di Hati
A BIT

Dhoty : Main Musik Mengobati Luka di Hati

Dhoty (Foto. Dokpri)

IDETIMUR – Berawal dari guru keseniannya yang memintanya untuk mempelajari alat musik gitar saat ia masih duduk di kelas dua SMP, kecintaan Dhoty terhadap musik pun mulai tumbuh. Padahal sebelumnya, Dhoty sama sekali tak mengerti mengenai musik.

Kedua orangtuanya tak pernah mengenalkannya kepada musik. Begitu juga teman-temannya. Namun saat mulai mempelajari gitar dan bisa memainkan satu lagu secara penuh, segalanya berubah.

“Nah, ketika belajar gitar dan mampu memainkan satu lagu pertama dari awal hingga selesai, disitulah momen dimana saya mulai suka dengan musik. Jadi bukan ke bakat turunan, bukan juga pengaruh dari teman-teman. Lebih tepatnya kemauan dari diri sendiri,” kenang Dhoty.

Melalui musik, Dhoty merasakan sebuah sensasi yang berbeda. Ia merasakan sebuah kenyamanan yang luar biasa yang dapat membuat hatinya menjadi lebih tenang.

Dhoty (Foto. Dokpri)

“Dulu saya suka musik lebih ke kenyamanan emosi, kenyamanan batin, kenyamanan hati. Jadi ketika bermusik itu seperti ada luka yang terobati,” ungkap Dhoty.

Layaknya remaja-remaja seusianya, band-band seperi Dewa 19, Noah dan Kotak menjadi idolanya saat itu. Dhoty juga mulai mendengarkan band-band luar seperti Linkin Park, Limp Bizkit, Green Day, bahkan Michael Jackson.

“Banyak lah pokoknya. Tidak terpaku ke satu musisi favorit. Karena justru dari banyak yang kita ikuti semakin banyak juga perbendaharaan kemampuan kita dalam bermusik,” jelas Dhoty.

Ketika duduk di bangku SMA, Dhoty dan teman-temannya mulai membentuk band sendiri yang mereka beri nama The Transparant. Saat itu, niat mereka sebenarnya hanyalah ingin mendapatkan nilai yang tinggi untuk mata pelajaran kesenian.

Dalam bandnya, Dhoty justru mendapat peran sebagai drummer. Namun di masa itulah, Dhoty mulai mencoba berbagai alat musik.

“Cuma kadang-kadang waktu latihan saya suka berganti posisi sama teman-teman. Tukar ke gitaris, tukar ke bassis, kadang-kadang juga tukar ke pianis,” kata Dhoty sambil tertawa.

Dhoty (Foto. Dokpri)

Band tersebut pada akhirnya bubar lantaran personilnya meneruskan kuliah di tempat yang berbeda-beda. Dhoty sendiri memilih melanjutkan kuliah di Jayapura.

Di sanalah Dhoty mulai mengenai berbagai aplikasi musik seperi FL Studio. Kecintaannya terhadap musik pun semakin menjadi-jadi.

“Kagetlah saya bahwa didalam situ saya bisa create semua unsur musik jadi satu aransement. Dari situlah saya coba terus tekuni FL Studio sampai akhirnya bisa bentuk tim sendiri di jayapura dan dikasi nama DHOTY CREW,” beber Dhoty.

Bersama timnya, Dhoty mulai membuat lagu sendiri. Bahkan Dhoty mulai dapat melengkapi alat-alat musik yang ia perlukan. Hanya saja keputusannya untuk menekuni musik sempat membuat kedua orangtuanya kecewa.

“Mereka sempat kecewa gara-gara saya hampir DO dari kampus di Jayapura karena lebih banyak habiskan waktu untuk musik. Makanya saya pindah dan melanjutkan tugas akhir hingga wisuda di Tomohon, Sulawesi Utara,” ujar Dhoty.

Satu yang menjadi tujuan Dhoty dalam bermusik. Yaitu berbagi kenyamanan dengan orang-orang yang mendengarkan karyanya. Urusan terkenal menjadi urusan belakangan.

Bicara mengenal genre musiknya, Dhoty tidak terpaku ke satu genre saja. Dhoty mengaku memiliki banyak referensi untuk membuat musik.

R&B/Hip Hop, R&B/Trap, terkadang juga pop dengan sedikit tambahan Rap menjadi pilihannya.

“Saya itu bisa dibilang terserah, tergantung moodnya mau lari ke mana. Hanya saja dalam bermusik saya biasanya filter di akhir, kira-kira kalau saya bikin begini bisa diterima orang nggak, biasanya begitu sih,” ungkap Dhoty.

“Saya biasanya campuran sih, intinya bagaimana caranya yang kita bikin hal baru tapi bisa nyaman dan diterima orang yang dengar,” sambungnya.

 

Exit mobile version