IDETIMUR –Afrobeat mulai menjadi genre musik yang digemari oleh para musisi di Indonesia. Genre ini pulalah yang kini digunakan oleh Timur Foundation Rap (TFR) dalam lagunya yang berjudul ‘Maya’.
Sebuah racikan musik yang berbeda dari musik-musik mereka sebelumnya. Kali ini TFR berusaha menyuguhkan sajian yang begitu tenang namun tetap memiliki unsur rap.
Membuat musik dengan genre Afrobeat memang menjadi sesuatu yang baru bagi TFR. Alasanya pun cukup realistis. Para personil TFR memang ingin menyuguhkan sesuatu yang berbeda.
“Karena saya orangnya ingin bikin sesuatu yang berbeda. Kalau yang lain sudah banyak. Rap beat. Saya mau bikin beda. Lagian di Indonesia Afrobeat masih kurang ,” ujar Hasta Hanzo.
Semua dimulai dari nol. Hasta mengaku mempelajari semuanya melalui YouTube. Termasuk bagaimana cara bernyanyi yang benar.
“Tapi memang menantang sih. Saya pelajari lagi dari Youtube. Ada beberapa refrensi. Kayak bikin hal baru,” tutur Hasta.
Lirik lagu ‘Maya’ dirasa memang sangat cocok dengan genre Afrobeat. Lagu ini menceritakan mengenai kekaguman Hasta terhadap sosok perempuan bernama Maya yang ia temui di warung kopi.
Tanpa ragu, Hasta pun mencurahkan rasa kagumnya tersebut ke dalam lirik yang ia tulis. Meskpun sejak saat itu, ia tak pernah bertemu lagi dengan Maya.
“Maya itu seorang perempuan NTT. Cantik dan manis. Tapi nulis liriknya ada kesulitan. Karena liriknya menghindari beberapa kata yang terulang di lagu sebelumnya. Seperti kata manis dan lain sebagainya,” ungkap Hasta.
Hingga lagu ini selesai dan resmi dirilis, Hasta memang tak pernah bertemu lagi dengan Maya. Meskipun ia sangat ingin memperdengarkan lagu ini kepada sosok wanita pujaannya tersebut.
“Kepengen ketemu sih. Mau tahu reaksinya setelah jadi seperti apa. Kepengan sekali, tapi malu saya,” kata Hasta sambil tertawa.