IDETIMUR – Jangan pernah ragu untuk mengejar impianmu. Itulah yang dilakukan oleh Phaet Selanno di awal karirnya. Meski harus meninggalkan tanah kelahirannya dan jauh dari keluarga, pria asal Ambon ini tak patah semangat mewujudkan cita-citanya untuk menjadi seorang musisi.
Sebagai masyarakat timur, musik tak pernah lepas dari hidupnya. Ayahnya dahulu juga merupakan pemain band.
Sejak kecil Phaet Selanno telah terbiasa bermain musik. Entah itu di lingkungan tempat tinggalnya, maupun di gereja tempatnya beribadah. Bukan sebagai vokalis. Phaet justru tertarik memainkan alat musik keyboard.
“Dulu di Ambon suka ada kebaktian. Saya sering main keyboard. Main di Gereja. Pas ngeband SMA juga jadi keyboardis,” kenang Phaet Selanno.
Bersama bandnya, Phaet sering mengikuti berbagai festival musik di daerahnya. Lagu-lagu dari para musisi pop Indonesia menjadi pilihannya saat itu.
Walaupun bukanlah sebagai penyanyi, namun Phaet Selanno memiliki suara yang merdu. Wajar saja, sejak kecil Phaet memang telah suka bernyanyi. Hanya saja bakat tersebut tak pernah ia perdalam.
“Kalau nyanyi rata-rata orang timur suka nyanyi. Sering lomba dari kecil tingkat RT. Pas kuliah ikut choir. Kita ikut kompetisi juara satu katagori pop Jazz,” kata Phaet Selanno dengan bangga.
Di tahun 2016, barulah Phaet memutuskan untuk menjadi seorang penyanyi. Saat itu Phaet memiliki cita-cita untuk menjadi penyanyi profesional.
Demi menggapai cita-citanya, Phaet pun rela meninggalkan bangku kuliah dan memilih untuk merantau ke Jakarta.
Bermodalkan nekat, Phaet menumpang di salah satu kosan temannya. Hingga akhirnya ia mengenal tetangga kosannya yang merupakan seorang pemusik malam.
“Tetangga kosan punya band. Saya akhirnya ikut dia. Tapi nggak ada bayaran. Itu kan proses ya. Cuma pengen lihat bermusik di Jakarta seperti apa,” kata Phaet Selanno sambil tertawa.
Tak ada kejelasan, Phaet pun akhirnya pulang ke kampung halamannya. Namun baru saja menginjakan kaki di kampung halaman, Phaet menerima sebuah telepon dari temannya di Jakarta.
Inti pembicaraan tersebut mengarah kepada rencana untuk membentuk sebuah band. Meski baru rencana, tawaran tersebut tidak di sia-siakannya. Phaet meminta waktu selama tiga hari untuk menjual motor kesayangannya demi membeli tiket ke Jakarta.
“Dalam waktu tiga hari jual motor buat beli tiket ke Jakarta. Aku pikir memang butuh pengorbanan bayar mahal. Buat menggapai sesuatu,” ungkap Phaet Selanno.
Keputusan tersebut ternyata tepat. Bersama band barunya, karir Phaet pun dimulai. Tawaran untuk bermain reguler di kafe-kafe pun mulai bermunculan. Lagu-lagu Top 40 menjadi rutinitas Phaet Sellano saat itu.
Hingga akhirnya, pandemi Covid-19 menyerang. Saat itulah Phaet akhirnya memutuskan untuk bersolo karir.
“Pas Covid mulai bikin YouTube. Karena nggak ada kerjaan. Sampai setahun. Cover-cover lagu, belajar bikin musik sendiri. Akhirnya mulai konsisten,” jelas Phaet Selanno.