IDE Timur – Untuk meraih mimpi tentu dibutuhkan kerja keras demi mewujudkannya. Dan itulah yang dirasakan betul oleh Bung Mark. Pria asal Jakarta yang kini berkarir di kota Gorontalo ini masih ingat betul bagaimana perjuangan dirinya berkarir sebagai musisi.
Bung Mark sendiri adalah musisi Hip Hop yang tinggal di kota Gorontalo. Bung Mark juga tergabung dalam komunitas Hip Hop bernama G-Town Hip Hop. Bersama G-Town Hip Hop, Bung Mark telah menelurkan beberapa karya.
Tak hanya itu, beberapa karya lainnya juga menghiasi channel YouTube miliknya. Termasuk juga karya hasil kolaborasinya dengan musisi-musisi lainnya.
Namun tentu saja kesuksesan tersebut tak terjadi secara instan. Menginjakan kaki di kota Gorontalo saat kelas 1 SMA di tahun 2010 lalu, pria bertubuh besar ini mengaku langsung jatuh cinta dengan musik Hip Hop.
Saat itu, Ecko Show lah yang menjadi musisi idolanya. Padahal Bung Mark sama sekali tak memahami musik Hip Hop.
“Saya mulai cari-cari di Friendster. Saya kirim pesan kalau saya mau nongkrong bareng dan gabung dengan G-Town,” ujar Bung Mark.
Singkat cerita, Bung Mark bergabung dengan G-Town Hip Hop dan menimba ilmu di komunitas tersebut. Hanya dalam waktu singkat, cukup dua bulan saja, Bung Mark telah merilis single perdananya.
Rupanya sejak kecil, Bung Mark telah terbiasa menulis puisi dan cerpen. Untuk urusan lirik, tentu Bung Mark tak merasa kesulitan. Bung Mark hanya membutuhkan penyesuaian bagaimana mendalami musik Hip Hop.
Namun ada satu pengalaman yang tak dapat dilupakannya saat awal-awal karirnya. Suatu malam, sekitar pukul 11 malam, Bung Mark bersama teman-temannya yang tergabung dalam grup GHCOD berangkat menuju kota Gorontalo menggunakan Bentor (becak motor).
Saat itu mereka memang hendak rekaman untuk single Gtown Emcee. Perjalanan itu mereka lewati dengan tak mudah. Pasalnya, untuk sampai ke tujuan, Bentor yang mereka tumpangi harus melewati daerah perbukitan, menembus pegunungan tanpa penerangan dan jauh dari rumah penduduk.
Hingga akhirnya, ditengah hutan dan perbukitan, sampailah mereka di sebuah tanjakan yang curam. Mereka pun harus turun agar Bentor yang mereka tumpangi dapat menanjak hingga ke atas.
“Bentornya nggak bisa nanjak. Bentornya jalan duluan, kita jalan kaki. Badan saya kan gede,” kata Bung Mark sambil tertawa.
Saat berjalan kaki di kegelapan malam dan hanya berbekal senter kecil yang mereka bawa dari rumah, tiba-tiba rombongan tersebut dikejutkan dengan suara gonggongan anjing. Tak hanya satu anjing, Bung Mark melihat ada tiga ekor anjing yang berlari cepat ke arah mereka.
Dan ternyata anjing-anjing yang mengejar mereka tersebut adalah anjing liar yang memang masih banyak terdapat di kawasan tersebut. Tanpa pikir panjang, mereka pun berlari secepat kilat untuk menghindari kejaran anjing-anjing tersebut.
“Jadi kita itu bertaruh nyawa untuk berkarya. Untungnya teman ambil batu dan melawan. Akhirnya anjing-anjing itu pergi. Mau rekaman malah dikejar anjing,“ kenang Bung Mark.
Bung Mark memang tak pernah dapat melupakan kejadian tersebut. Ia menganggap jika kejadian tersebut adalah bumbu dari perjalanan karirnya untuk mencapai kesuksesan. Karena itu, walau saat ini Bung Mark telah bekerja sebagai salah satu karyawan swasta di Gorontalo, ia tetap menganggap jika musik adalah cita-cita dalam hidupnya.