The Soul adalah grup musik yang terbentuk sejak 2012. Awalnya, mereka mengisi panggung di berbagai kafe hingga acara pernikahan. Nama “The Soul” sendiri melambangkan jiwa dalam bermusik, memastikan setiap lagu yang dimainkan penuh emosi dan dapat diterima dengan baik oleh pendengar.
Membangun chemistry dalam band dengan delapan anggota bukanlah hal mudah. Perbedaan karakter dan ego menjadi tantangan utama, namun dengan mengingat tujuan bersama menghasilkan karya dan tetap solid mereka berhasil mengatasinya. “Saya selalu mengingatkan semua tujuan kita ini apa, dengan terus mengingat tujuan itu bisa meredam ego dari masing-masing personil,” ujar salah satu anggota The Soul.
Tantangan terbesar The Soul adalah menyamakan persepsi antar anggota. Ada masa di mana mereka hampir berhenti berkarya, terutama karena industri musik di Gorontalo belum cukup mendukung secara finansial melalui platform digital. Namun, mereka tetap bertahan dengan mengisi berbagai event dan gigs.
Momen paling berkesan bagi The Soul adalah ketika tampil di luar Gorontalo, seperti di Manado dan Lampung, di mana mereka mendapat sambutan luar biasa. Namun, mereka juga mengalami tantangan unik, seperti saat alat mereka rusak karena hujan deras atau mati listrik saat tampil. “Ada pengalaman di mana hujan deras membuat semua equipment basah total dan rusak, itu momen yang sulit dilupakan,” kenang mereka.
Untuk musisi daerah, The Soul berpesan agar tetap percaya, mencari kesempatan tampil, menjaga transparansi dalam grup, dan terus berkarya tanpa takut tidak diterima. Dengan perjalanan naik turun selama lebih dari satu dekade, The Soul telah membuktikan bahwa semangat dan konsistensi adalah kunci untuk bertahan di industri musik.
Leave feedback about this