Pace Kribo, seorang produser musik berbakat asal Papua, memulai kariernya dengan perjalanan yang penuh perjuangan. Awalnya, Pace pindah dari Timika ke Merauke dan tinggal bersama Aldo Bz, seorang produser musik yang kemudian menjadi teman sekaligus rekan kerja. Dalam masa-masa awalnya di Merauke, Pace menghadapi banyak keterbatasan, termasuk soal alat musik.
“Dulu nunggu Aldo tidur dulu, baru bisa pinjam laptop dia, karna saya kan gak punya alat,” kenang Pace, mengingat bagaimana ia belajar dan berusaha menciptakan musik dengan segala keterbatasan.
Setelah kariernya mulai berkembang di Merauke, Pace memutuskan untuk pindah ke Jakarta demi mengejar peluang yang lebih besar di dunia musik. Di ibu kota, Pace bertemu dengan Mario G Klau, musisi nasional yang memberinya dorongan besar untuk lebih semangat dalam berkarya. Mario memberikan nasihat yang membekas dalam benaknya: “Lebih baik karya jelek, tapi milik sendiri.” Kutipan ini menjadi landasan Pace untuk terus berkarya tanpa rasa takut.
“Kata-kata itu yang bikin gue semangat bikin lagu, karena kadang kita terlalu takut nggak sempurna,” ujar Pace.
Setelah bertemu Mario, Pace mulai menjalin kolaborasi dengan musisi-musisi terkenal seperti Lyodra dan D’Masiv. Kesempatan besar datang saat ia terlibat dalam proyek penggalangan dana untuk korban bencana di NTT. Meskipun proyek tersebut belum selesai hingga kini, pengalaman ini membuka jalannya untuk bertemu dengan lebih banyak artis nasional.
“Lewat project ini gue banyak belajar dan ketemu sama banyak orang hebat di industri musik,” kata Pace.
Di balik perjuangannya di Jakarta, Pace tidak pernah sendiri. Pacarnya selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk terus maju.
“Pacar gue yang selalu dorong gue buat nggak berhenti dan terus semangat, tanpa dukungan dia mungkin gue nggak sampai di titik ini,” tambah Pace.
Dengan semangat, kerja keras, dan dukungan penuh, Pace Kribo kini menjadi salah satu produser musik yang penting dalam perkembangan industri musik Indonesia.
Leave feedback about this