Sejak 2009, nama Bossvhino lekat dengan kancah HipHop/Rap. Dikenal lewat lirik lugas dan track record hits seperti “Oreo” dan “Over Speak”, ia telah membangun identitas kuat di genre tersebut. Namun, kemapanan itu diuji oleh gelombang baru panggung: genre “Disko Tanah” yang semakin populer di kalangan penikmat musik.
Tawaran manggung yang bergeser memicu dilema. “Kalau Bossvhino kan semua full rap, sedangkan panggungan yang banyak sekarang di sini itu yang teman-teman kenal dengan nama disko tanah,” ungkap Bossvhino. Membawakan genre yang kontras di bawah nama yang sama terasa janggal. Di sinilah BIVI lahir. Bukan murni keinginan artistik, melainkan “identitas yang dipaksa oleh keadaaan,” sebuah langkah adaptif untuk beresonansi dengan pasar. BIVI menjadi ekspresi “keluar dari zona nyaman,” sebuah langkah cerdas untuk menambah dimensi baru pada perjalanan musikalnya.
Nama “BiVi,” singkatan cerdik dari “BossVhino,” mengusung genre Disko Tanah dengan ambisi menciptakan “warna baru.” BIVI menawarkan “musikalitas tinggi dan lirik yang gak sembarangan,” lebih halus dan nge-beat untuk menghibur. Tantangan rebranding memang berat, memulai dari nol lagi tanpa relasi yang sudah mapan. “Namanya nge-rebrand sesuatu yang baru ya tentu jalannya gak semudah di Bossvhino sih,” akunya. Namun, semangat terus berkarya tak padam. Harapan BIVI sederhana: menjadi “warna baru” yang diterima industri musik Tanah Air, membuktikan bahwa adaptasi bisa melahirkan inovasi dan memperkaya lanskap musik.
Leave feedback about this