IDETIMUR –Mungkin tak banyak orang yang melirik musik tradisonal. Namun hal tersebut tak berlaku bagi Halim Rasyid. Pria berpangkat AKBP yang kini bertugas di Korlantas Polri ini memiliki passion khusus dengan musik-musik tradisional.
Masyarakat Gorontalo mungkin sudah tak asing lagi dengan lagu yang berjudul “Buayi”. Lagu yang diciptakan oleh Almarhum Gafar Dude tersebut memang cukup populer bagi masyarakat provinsi Gorontalo dan sekitarnya.
Dan lagu tersebut ternyata menarik perhatian Halim Rasyid. Sebagai pria asli Gorontalo, Halim Rasyid tentu sudah tak asing lagi dengan lagu tersebut. Lirik dalam lagu “Buayi” memang penuh makna. Lagu tersebut berisikan nasihat dan mudah dicerna oleh semua kalangan, termasuk juga anak-anak hingga orang dewasa.
Namun di tangan Halim Rasyid, lagu tersebut menjadi sedikit berbeda. “Buayi” yang sebelumnya adalah lagu dari Gorontalo dirubah Halim Rasyid menjadi lagu Jawa. Liriknya 90 persen berbahasa Jawa. Tak hanya itu, judulnya pun akhirnya berubah menjadi “ Kok Dadi Ngene”. Lantas, apa alasan Halim Rasyid melirik lagu ini?
“Karena lagu ini memang banyak yang muncul tapi jarang orang yang melirik kesini. Bahwa supaya kita mengeluarkan sesuatu benar-benar bermakna bagi orang lain dan saya berharap bahwa lagu ini bisa ada makna tersendiri bagi pendengar,” ujar Halim Rasyid.
Mungkin bagi sebagian orang terdengar aneh, bagaimana bisa orang asli Gorontalo menyanyikan lagu berbahasa Jawa. Namun Halim Rasyid memiliki alasan tersendiri.
“Kalau Jawa itu dibilang nasional ya nasional. Orang Jawa itu dimanapun itu dia ada. Kalau semacam Gorontalo juga kan nggak semua daerah ada,” ungkap Halim Rasyid.
Di tangan Halim Rasyid, lagu tersebut terdengar begitu berbeda. Selain dari sisi bahasa, musiknya pun dibuat berbeda dengan versi aslinya.
Jika versi aslinya menonjolkan dendang Melayu, dalam versi Jawanya tentu saja dibalut dengan aransemen musik Jawa.
“Kita buat aransemennya Jawa. Tapi ada Melayu dikit cara nyanyinya. Saya nggak bisa ngilangin ciri khas saya. Tapi tetap tradisional Jawa. Ada saxophone, pakai gamelan juga. Pokoknya pada umumnya musik Jawa ada disitu,” beber Halim Rasyid.
Meski begitu, Halim Rasyid sempat merasa kesulitan saat menyanyikannya. Wajar memang, Halim lahir dan besar di Gorontalo.
“Saya pernah kuliah di Surabaya. Sudah biasa dengan bahasa Jawa. Saya banyak mendengar dan ngomong bahasa Jawa. Tapi kan kalau Jawa itu harus benar-benar hati-hati dalam mengucapkan kalimatnya. Terkadang menurut kita sudah benar, tapi kalu menurut orang Jawa masih salah. Jadi dialeknya atau logatnya yang harus benar,” ucap Halim Rasyid.
“Pokoknya kita harus mengangkat budaya. Saya nggak melihat budaya mana aja. Yang penting bisa maju dan itu pasti satu tantangan. Karena di ranah nasional sudah diterima oleh masyarakat. Ketika mendengar, pasti orang senang. Kalau itu enak di telinga,” sambungnya.
Leave feedback about this