Padukan Hobi Dan Karya, D’Facto Rap Muncul Dengan Sesuatu Yang Berbeda
“Saya hampir ditolak orang sekampung. Katanya nggak bagus. Bikin malu kampung saja,” kata Amal sambil tertawa.
“Saya hampir ditolak orang sekampung. Katanya nggak bagus. Bikin malu kampung saja,” kata Amal sambil tertawa.
“Setiap hari saya cari kakak-kakak yang baru pulang kuliah. Saya ajak pergi bikin lagu. Pulang bisa sampai malam. Jam 1 atau jam 2 malam baru sampai rumah,” kenang Ipang.
“Efektif sih bermain kayak gitu dan buat ngurangi stress. Paling enak karena ini hobi. Jadi ada lagi idenya. Memang refresh lagi, tutur Joe Tamaela.
“Awalnya mama saya belikan kamera agar lagu-lagu saya semua ada music videonya. Dan disitulah saya mulai belajar sendiri,” jelas Juna.
“Itu macam memaksa saya untuk membuat lagu. Jadi inspirasi saya. Terus saya coba-coba akhirnya jadi. Waktu itu belum terlalu bisa sih,” ucap Valdo.
“Saya lebih nyaman nyanyi lagu galau. Nggak tahu ya, nulis liriknya juga lancar banget kalau untuk lagu galau,” ucap Lano Lumowa.
“Saya mulai tertarik untuk belajar cara membuat beat. Genre yang biasa saya tekuni seputar reggae, boombap dan trap,” ujar Armelo.
“Disaat hidup sudah normal lagi, si ceweknya pergi. Menghilang. Ceritanya si cewek nggak kuat karena si cowok susah untuk melepaskan masa lalunya. Jadi lagunya tentang penyesalan,” beber Falenz.
“Kayaknya Tuhan masih kasih rejeki. Waktu itu suami sakit ginjal. Dia sudah hampir menyerah. Kadang kan kita keinget lagi,” terang Tesa.
“Menurut aku bullying itu nggak banget ya. Banyak korban dan trauma yang disebabkan bullying. Bahkan kemarin sempat dengar sampai ada temen kita yang meninggal gara-gara dibully sesama temannya. Pokoknya jauhi bullying, lakukan hal yang lebih penting,” tegasnya.