Jun Kiki: Dari Pengamen Jalanan ke Panggung Musik
“Orangtua dan keluarga besar awalnya nolak. Nggak mau aku jadi penyanyi, malah sering dikatain macam penyanyi besar aja kamu ke mana-mana bawa gitar,” ujarnya sambil tertawa.
“Orangtua dan keluarga besar awalnya nolak. Nggak mau aku jadi penyanyi, malah sering dikatain macam penyanyi besar aja kamu ke mana-mana bawa gitar,” ujarnya sambil tertawa.
“Yang mengisi aransemen juga dari kita. Playernya juga dari kita. Karena yang bekerja di sini semua ahli musik, jadi kita paham betul seluk-beluk industri ini.” jelas Bambang.
“Dukanya, kami sering dimanfaatkan sebelum mengenal YouTube dan agregator. Kami juga pernah ditipu oleh label yang hanya mencari keuntungan,” ujarnya.
“Kami menjadikan cakalang sebagai brand kami dan mengkolaborasikannya dengan hip hop, sehingga terciptalah HKC: Hip Hop Kota Cakalang,” ujar MR Kribs yang merupakan salah satu personil dari grup ini.
“Awal mula saya mendengarkan musik hip-hop adalah ketika saya mempunyai handphone pertama dan membuka situs streaming yaitu soundcloud. Rapper Indonesia pertama yang saya dengar pada waktu itu dalah Ecko Show dan itu pun secara tidak sengaja,” ungkap Yovan.
“Nah singkat cerita, pokoknya dari sekolah yang lolos cuma saya dan nggak ada yang ngarepin juga. Namanya juga murid bandel. Setelah perlombaan, saya nggak juara, cuma tetap dikasih amplop berisi uang Rp 250.000. Disitu saya kaget, ternyata dari nyanyi yang begitu aja bisa dibayar segitu. Baru mulai berpikir bahwa ternyata bisa menghasilkan kalau fokus,” kenang Hany.
“Yang penting saya bisa menghibur teman-teman semua walaupun saya punya suara tidak bagus-bagus amat,” ujar Jhalo.
“One Scoot merupakan sebuah istilah yang di Merauke kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari yang artinya satu kali pukulan langsung jatuh,” sambungnya.
“Karena bagi saya musik itu sesuatu yang menyenangkan. Apalagi jadi musisi, seniman itu adalah hal yang paling saya suka. Karena dulu saya bercita-cita ingin ada di panggung besar dan disaksikan banyak orang,” ujar Beto Habibu.
“Dulu saya suka musik lebih ke kenyamanan emosi, kenyamanan batin, kenyamanan hati. Jadi ketika bermusik itu seperti ada luka yang terobati,” ungkap Dhoty.