Ingin Bernostalgia Dengan Masa Kecil, Coba Dengerin Lagu Ciki-Ciki Dari Maickel Mahuze Ini
“Lagu ini tentang makanan ringan. Ceritanya lagi duduk-duduk sama teman-teman tapi tidak ada cemilannya,” jelas Maickel Mahuze.
“Lagu ini tentang makanan ringan. Ceritanya lagi duduk-duduk sama teman-teman tapi tidak ada cemilannya,” jelas Maickel Mahuze.
“Lagu itu tentang anak rantau. Dia itu natalannya di Jawa. Lampu natal itu menyala, oh ternyata sudah Natal. Natalan sendiri tidak sama-sama orangtua di kampung,” ujar Juan Reza.
“Cerita menariknya pada saat proses pembuatan lirik. Saya harus selalu bertanya kepada teman saya tentang kisah dia. Dan bagi saya itu sangat seru. Saya juga sempat terbawa suasana dengan cerita teman saya,” kata Jovi sambil tertawa.
“Jadi ini gimick aja sih bang, random. Karena pacar barunya dibawah kualitas, nggak selefel lah,” kata Idal sambil tertawa.
“Lagu itu untuk ulangtahun putri saya. Saya menceritakan perjuangan di rantau, rasa rindu harus LDR. Saya pikir daripada saya belikan dia kado, mending budgetnya saya kumpulin buat lagu. Bisa sampai besar dia masih ingat,” ujar Kevin.
“Ini berangkat dari ide gila aja. Dari awal sudah tahu arahnya mau kemana. Jadi lebih luas aja,” ujar Bossvhino.
“Ini aku banget. Karena ada beberapa juga yang ditawarin tapi nggak ada yang conneck. Benang merah, genrenya juga seperti ini. Pop sadis menyiksa,” kata Harry Mantong sambil tertawa.
“Aku sebetulnya susah banget bikin lagu galau. Karena aku jarang ngerasain sakit hati. Dari dulu nggak pernah sakit hati. Makanya aku harus dengerin cerita pelan-pelan, bayangin cerita dia,” ujar Hany Patikawa.
“Lagu ini diambil dari cerita saya sih. Orang hanya melihat dari luar, saya nggak ganteng. Awal nyanyi juga diremehkan, mereka bilang “buat apa nyanyi? Apa nggak ada kerjaaan lain?,” ujar Kaka Andii.
“Aku sih pengen sesuatu yang beda aja. Sesuatu yang unik. Soalnya di PIK itu kayak di Amsterdam,” kata Phaet Selanno menjelaskan alasannya mengapa memilih PIK sebagai lokasi pembuatan video klip.