Demi Musik, Kaf G Kabur Dari Pesantren
“Sampai di rumah ditanya kenapa pulang? Saya jawab nggak mau mondok lagi, saya mau kuliah biar bisa tinggal diluar.nggak di dalem pesantren. Intinya biar bisa bemusik lagi,” kata Kaf G sambil tertawa.
“Sampai di rumah ditanya kenapa pulang? Saya jawab nggak mau mondok lagi, saya mau kuliah biar bisa tinggal diluar.nggak di dalem pesantren. Intinya biar bisa bemusik lagi,” kata Kaf G sambil tertawa.
“Kita singkat nama kita. Tapi teman-teman manggilnya masih Mommy. Ini sebagai bentuk penghargaan kepada ibu-ibu kita, Bisa dibilang kalau ibu yang mendominasi band ini,” tutur Apin.
“Lagu ini saya buat karena banyak repper-rapper Kei yang lebih suka meniru beat, flow dan penampilan lagu barat. Makanya liriknya ada bahasa daerah, biar lebih kental kulturnya,” jelas Wenro.
“Ya, ratusan ribu lah. Syukur lah yang penting bisa dapat penghasilan. Yang penting dihargai,” kata Amar sambil tertawa.
“Jadi lagunya itu bikin brandding aja. Aku minta ke anak-anak nulis lirik yang mana komunitas kita masih ada sampai sekarang. Soal eksistensi G-Town Hip Hop masih ada,” ujar Lil Zi.
“Cuma di waktu aja. Kerja tapi hobi jalan terus. Kita semua punya hobi musik dan itu dilakukan sambil kerja,” tutur Abang Z-A.
“Paling pesannya, harus tetap have fun, harus tetap santai walau tak di pantai. Terus lupain yang sudah berlalu, harus buka lembaran baru,” tegas Gerrend.
“Penciptanya sudah tahu saya sejak lama. Dia bilang justru teripirasi dari lagu DJ Desa. Jadi lagu ini dibuat gara-gara DJ Desa,” ungkap Febri Hands.
“Sebenarnya idenya dari anak-anak timur. Khusunya para perempuan. Orangtua sekarang kan suka yang manis-manis, pekerja keras. Jadi lagu ini mengangkat wibawa perempuan timur,” ujar Juan Reza.
“Kalau musik itu kan hobi. Jadi kalau musik itu kalau ada teman disuruh buat musik. Saya kerjakan kalau sudah janjian sama teman. Kalau sudah capek ngojol saya suka buat lagu. Besoknya nggak ngojol dulu,” beber AilBeatz.